HOME

Featured Post

Rindu Cahaya Islam kembali Membentangi Langit Eropa bahkan Dunia

oleh : Khaura El-Syada    Judul   : 99 Cahaya di Langit Eropa  Penulis : Hanum Salsabiela Rais dan Rangga  Almahera  Penerbi...

  • Read books to travel the world..

    A book is a magical thing that lets you travel to far-away places without ever leaving your chair...

  • Apoteker Muda

    Nothing worth having comes easy. Do more to achieve more...

  • Getting to know My Profession

    Apa itu Apoteker?......

Terdidik Menjadi Manusia Kursi

Pernah melihat kursi yang ditumpuk-tumpuk dengan tujuan dirapikan, kemudian ditaruh di sudut ruangan?
Kursi yang satu menumpuk kursi yang lainnya, terhimpit satu sama lain, sesak. Untung saja mereka benda mati yang tidak dapat berkeluh kesah. Lalu, saat kita menata kembali kursi-kursi itu dalam sebuah barisan yang rapi, membebaskan mereka dari keadaan terhimpit, apakah ada ucapan terimakasih dari mereka. jawabannya adalah BIG NOOO...
ya iyalah, mereka benda mati...-__-"

Okeh, kita mengambil filosofi dari kursi sebagai benda mati. Sebenarnya bisa benda mati apa saja.
Kursi yang telah dibebaskan dari keadaan terhimpit tidak pernah berucap "Terimakasih, tuan".
Kursi yang telah ditata rapi kembali setelah lama ditumpuk di sudut tidak pernah berucap "Terimakasih, tuan".
Kursi ada berbagai bentuk, sehingga seringkali menurut bentuknya yang bermacam-macam, kursi ditempatkan di tempat-tempat yang berbeda. Kursi yang empuk buat di ruang tamu atau ruang TV. kemudian, kursi kayu untuk teras dan lain sebagainya. Kursi tidak pernah protes, dia hanya diam.
Saat kursi yang tadi ditempatkan di ruang tamu berdebu, kemudian kita bersihkan. Kursi itu tetap diam, lagi-lagi dia tidak berkata "Terimakasih, tuan".

Sadarkah kebanyakan dari kita, kebanyakan dari Anda, adalah manusia kursi?
Fakta pertama, seringkali kita lupa bersyukur memiliki baju bagus, wajah elok, keluarga harmonis. Atau kita juga lupa sekedar bersyukur untuk mata indah, hidung mancung, mulut, dan yang lainnya. Atau jangan-jangan kita juga lupa bersyukur untuk banyaknya oksigen yang kita hirup, gratis. Atau juga jangan-jangan kita lupa sekedar bersyukur karena sudah bisa duduk di bangku kuliah?
Bersyukur itu mengucapkan terimakasih kepada Sang Pencipta, menggunakan segala nikmat yang didapat dengan baik.
Padahal kita bukan benda mati, kita bukan kursi. Tapi kenapa kita tak jauh beda dengan kursi yang terhimpit di sudut ruangan itu? Apa memang kita ini adalah manusia kursi?

Fakta kedua, mari kita lihat





Bagaimana Cara Mendapatkan LoA (Letter of Acceptance)

Halo semua....

Sudah lama sekali pengen nulis ini, tapi saya minta maaf kalau akhirnya baru terealisasikan, m engalahkan kemalasan untuk kemudian 'action' adalah hal terberat, wkwkwkwk

Kali ini ingin berbicara serius tentang bagaimana cara mendapatkan LoA.

Jika kita ingin belajar di luar negeri, biasanya LoA menjadi salah satu syarat yang harus dilampirkan terutama ke Jepang. Dan saya akan berbagi cerita bagaimana awalnya bisa mendapatkan LoA :


1. TentukanResearch Field untuk penelitian S2 nanti, dan Carilah Professor yang satu Bidang Penelitian



Nah, hal pertama ini susah-susah gampang. Terkadang masih bingung, kira-kira nanti mau neliti apa ya?
Saya juga mengalami fase ini pada saat itu, putus asa antara memilih Farmasi Klinis atau Kimia Bahan Alam sebagai bidang yang akan ditekuni di S2 nanti. Diskusi dengan berbagai orang akan memberi masukan, jadi jangan takut untuk menyampaikan apa yang ada dalam pikiran hehe.
Saya berdiskusi dengan senior, dosen dan beberapa teman. Semakin banyak masukan akhirnya semakin galau hahahahaha (Abaikan :D).
Akhirnya, karena tenggat waktu beasiswa semakin dekat, saya memutuskan untuk mengembangkan penelitian S1 saya  (artinya saya memilih Kimia Bahan Alam).

Selanjutnya, cari Profesor yang memiliki satu bidang studi yang sama dengan rencana kita. Caranya gimana?
Santai, Mbah Google akan menunjukkan jalannya hehehe. Cukup cari aja dengan semua kata kunci yang berkaitan atau bisa juga diawali dengan melihat web-web Universitas yang dituju dan lihat daftar Profesor disana.

Sudah menemukan nama calon?

Jika sudah, silahkan dilist dengan rapi, waktu itu saya dapat sekitar 15 orang Professor. Setelah itu mulailah kepo dengan satu-satu kandidat nama (Harus banget ya? Ya, karena kehidupan mahasiswa disini bergantung pada Profesor yang tdipilih, jadi harus bener-bener menggali info tentang beliau). Biasanya mereka memiliki web tentang kegiatan penelitian di laboratorium.

Selain itu, beberapa jurnal yang ditulis oleh Professor yang bersangkutan bisa dibaca. (Saya mendownload banyak jurnal saat itu, tapi yang dibaca cuman judul sama abstrak, wkwkwkwk)

Selain dari internet, bisa bertanya kepada beberapa orang senior atau dosen yang pernah atau sedang belajar di Jepang. Mintalah beberapa nama rekomendasi Profesor. Ini akan sangat membantu juga.

2. Kirimlah Email ke Professor

Well, sebenarnya saya dulu pertama kali bingung mau ngomong apa ke Professor waktu ngirim email. Akhirnya baca2 pengalaman banyak orang di blog, sangat berterimakasih sama Mbah Google dan orang-orang yang mau sharing pengalamannya hehe.
a. Saya termasuk yang punya email alay, jadi dulu khusus untuk apply beasiswa, saya buat email khusus hehe dan pajang foto resmi :D
b. Gunakan Subject email yang serius untuk menarik perhatian Professor.
c. Jelaskan jurusan, kampus, penelitian sebelumnya tentang apa, kalau ada cantumkan jurnal yang pernah dan atau dalam proses publikasi.
d. Jelaskan juga jika sedang apply beasiswa terkait.
e. Lampirkan CV, Research Proposal, Sertifikat TOEFL, transkip dll.
f. Karena waktu saya sdh tau kalau project penelitian Professor beda sama research plan saya, jd saya bilang kalau saya ga keberatan buat ganti judul penelitian hehe. Saya waktu itu mau bikin research plan yang sejalan ceritanya tapi udah ga sanggup karena kepentok ide yang tak kunjung muncul karena malas baca jurnal2 terkait.


Dari 15 professor yang saya coba kirim email, tidak ada yang balas hehe.
Jangan menyerah lho ya, saya sih waktu itu nothing to lose, wong dia juga ga tau siapa kita hehe

Saya dapat 1 nama Professor dari Dosen di kampus, alhamdulillah beliaunya balas email, beliau nya juga baik banget. Tapi waktu itu saya cuman minta alamat email ke Professor, agak riskan kalau mau minta di-rekomendasiin. Nanti kalau ga ktrima beasiswa eh Professor nya udah mau nerima, ribet juga urusannya hehehe (PD banget ya bakalan ditrima Professor hehehe, yang jelas bersangkutan dengan nama baik yang mengenalkan kita ke Professor :D)

3. Selain cara di atas, saya juga email ke pihak kampus. Biasanya ada email untuk international student kan. Saya email lewat situ dan minta direkomendasikan ke Professor yang bersangkutan karena saya blm tau alamat emailnya. Sekaligus melampirkan dokumen-dokumen lengkap dan bilang secara jelas keinginan kita apa. Kebetulan saat itu dibalas dan diarahkan sama pihak kampus. Saat itu kampus yang saya apply adalah University of Tsukuba (Kampus saya sekarang).
Saat itu Universitas ini tidak masuk list Professor di data saya, ya maklumlah yang dituju waktu  itu Osaka Univ, Tokyo Univ, Kyoto Univ dan pokoknya Univ-Univ yang terkenal hehe. Tapi akhirnya baru tau kalau University of Tsukuba ini juga termasuk 10 Universitas Terbaik di Jepang, jadi bersyukur Alhamdulillah ga salah pilih.
waktu itu tau dari mana? seingat saya, sempat baca blog salah satu mahasiswa Tsukuba sekilas, akhirnya buka web kampusnya dan menjatuhkan pilihan hehe.

4. Nanti Professor yang bersangkutan akan membalas siap atau tidak menerima kita jadi student di Lab nya. Dan karena syarat beasiswa meminta ada surat resmi yang menyatakan hal tsb, maka sampaikan ke Professor ybs bahwa kita membutuhkan LoA. Nanti pasti akan dikirim oleh beliau.

5. Alhamdulillah dengan cara ini, saya dulu mendapatkan LoA, satu LoA dari salah satu Universitas Swasta di Tokyo dan satu lagi di University of Tsukuba, maka saya simpulkan bahwa cara ini patut untuk dicoba.

Oh iya, salah satu pertimbangan saya waktu itu saat milih Professor adalah melihat dia sudah pernah kerjasama sama orang Indonesia ga sebelumnya, karena itu akan sangat membantu banget.
Tidak semua Professor bisa bahasa Inggris, dan memahami dengan baik kehidupan Foreign seperti apa, jadi menurut saya ini pertimbangan penting.
Ini juga alasan yang saya tulis di form Beasiswa saat ditanya alasan saya apa saat memilih professor tsb, selain yang pastinya sebidang penelitian.

Well, sementara itu aja sharingnya. Jangan takut untuk menyoba.
Kita tidak akan pernah tau sampai kita mencobanya, saya dulu pasrah aja kalau ga dibales ya udah.
Habis kirim email, jangan lupa untuk berdoa, kalau perlu nama professor nya disebut dalam doa (ciyeee sebut nama dalam doa wkwkwkwkwk)

Untuk info tentang beasiswa INPEX, bisa baca postingan sebelumnya ya.
Ganbatte, minna..

BEASISWA INPEX 2017 – JEPANG, I’M COMING...

Hai hai semuanya... sudah lama ya ga nulis blog. Sibuk dengan banyak hal (Maaf sok sibuk :D)

Tulisan kali ini, saya mau nyeritain banyak hal tentang perjalanan panjang sampai akhirnya bisa dapat beasiswa ke Jepang. Mungkin kali ini saya bisa mengatakan ke banyak orang bukan pada diri sendiri untuk membesarkan hati...

“Kegagalan adalah awal dari sebuah Kesuksesan. Kegagalan adalah Kesuksesan yang tertunda. Kegagalan adalah pintu yang harus kita buka untuk menuju Kesuksesan”

Desember 2014. Sayangnya kisah pilu menutup tahun 2014 di kisah perjalanan hidup saya. GAGAL. Saya tidak diterima beasiswa LPDP. Yang lebih menyakitkan adalah karena saya mendapat dukungan luar biasa dari banyak orang bahwa saya pasti akan diterima LPDP. –PASTI-  Kata yang merubah harapan menjadi begitu menyakitkan. Saya belajar banyak dari pengalaman interview saat LPDP. Satu hal, saya tidak yakin 100% dengan pilihan saya, saya terlalu random menyiapkan semuanya begitu saja tidak dengan sebaik-baiknya. Dan saya tidak menjadi diri sendiri saat wawancara, saya ingin terlihat bagus, saya ingin membuat interviewer terkesan dengan saya. Oh NO, itu bukan cara yang tepat untuk menghadapi wawancara ternyata. Ah, lupakan tentang LPDP. Move on, saya memilih berganti kota, jauh sekali, mendapat suasana baru. Melanjutkan pendidikan profesi Apoteker di Surabaya, saya bisa semakin dekat dengan orang tua setelah lebih dari 10 tahun saya merantau. 1 tahun terlewati tidak dengan mudah. Masih ada aja yang menanyakan keputusan saya saat itu. I hope I know better than everyone else about my decision in my life.

2016. Tahun yang sangat istimewa untuk saya. Tahun dimana saya mengucapkan sumpah sebagai Apoteker. Dan tahun dimana finally saya bekerja sebagai Apoteker, berinteraksi dengan banyak hal. Dan tahun dimana saya dapat izin dari orang tua untuk studi S2 di Jepang. Untuk studi di Jepang sendiri bisa melalui banyak beasiswa, diantaranya MEXT, INPEX, LPDP dan lain sebagainya. Apa keuntungannya belajar di Jepang? Mungkin tidak perlu test IELTS salah satunya, Universitas di Jepang cukup dengan TOEIC. Masih di kawasan ASIA jadi bisa jadi tidak banyak culture shock, dan tergantung jurusan, kalau jurusan saya memang paling bagus untuk ambil di Jepang. Di tulisan ini saya akan banyak menjelaskan tentang beasiswa INPEX.

Beasiswa INPEX, beasiswa dari sebuah korporasi dalam bidang minyak dan gas.  Pada tahun sebelumnya, saya menawarkan beasiswa ini kepada teman saya. Dia sudah mendapatkan professor di Jepang tinggal nyari beasiswanya. Keberuntungan teman saya itu ternyata di MEXT bukan di INPEX. Akhirnya thn 2016 saya memutuskan untuk mencoba submit beasiswa INPEX. Menurut penelitian saya setelah banyak membaca blog, selama tiga tahun terakhir deadline pengumpulan beasiswa ini adalah pada tanggal 15 November. Dengan pengumuman awal januari untuk interview dan akhir januari untuk pengumuman kandidat beasiswa yang mendapatkan kesempatan beasiswa. Beasiswa ini memiliki deadline yang tidak lama, jadi tidak banyak waktu untuk deg-deg an. 

Siapa aja yang bisa ikut beasiswa ini?
  •  Semua orang WNI yang kurang dari 30 tahun dan sudah sarjana (S-1).
  • Diperuntukkan untuk jurusan IPA
  • IPK lebih dari 3.0 dan sehat jasmani
  • Dapat izin dari atasan bagi yang sudah bekerja, punya interest untuk hubungan jepang dan Indonesia, dan belum pernah mendapatkan beasiswa serupa di Jepang.

Lengkapnya bisa baca di web INPEX Scholarship ya, termasuk fasilitas apa saja yang akan didapat. Tinggal search di Google pasti dapat hehe J

Ini hal yang lebih penting. Syarat-syarat nya apa saja?
  1. Form Aplikasi (in English) – Untuk mengisi ini, saya butuh berminggu-minggu, konsultasi ke dosen, ke teman yang pernah dapat beasiswa, ke saudara yang jadi guru bahasa inggris di Pare. Banyak masukan membangun akan membuat aplikasi makin kece J
  2. Foto ukuran 5 x 3.5 cm sejumlah 2 lembar
  3. Transkip akademik (in English) kalau saya, saya terjemahkan di pusat bahasa kampus atau pihak administrasi kampus. Bagi yang di kampusnya ga ada, bisa pakai penerjemah tersumpah. Kirim fotokopi yang dilegalisir.
  4. Surat Rekomendasi (in English) kalau saya, saya minta ke dosen pembimbing, kebetulan beliau S3 di Jepang. Bisa minta ke dekan atau rektor yang memang deket sama beliau hehe.
  5.  Ijazah sarjana (in English) idem dengan transkip ya
  6. CV – (in English) Bagian ini harus dikerjakan benar-benar ya. CV sangat penting menunjang seberapa kamu menghabiskan masa hidupmu dengan baik hehe. Semua kegiatan, ditulis aja, termasuk hobi. Tulis semuanya dengan baik dan detail serta dengan format yang rapi sehingga ketika orang membaca CV mu akan langsung terkesan.
  7. Surat sehat – bahasa indonesia. Bisa dari puskesmas atau rumah sakit mana saja. Saya kemarin dari puskesmas di Surabaya.
  8. LoA dari professor di Jepang (in English) – Tidak harus, Jika ada bisa dilampirkan - Percayalah, ini semacam surat sakti untuk lolos ke tahap interview. Bagaimana cara mendapatkannya? Bisa baca-baca di blog tentang pengalaman orang lain yang dapat prof di Jepang. Pengalaman saya mendapatkan LoA dari prof di Jepang nanti akan saya ceritakan di postingan selanjutnya J
  9. Sertifikat TOEFL , pastinya in English ya Untuk beasiswa INPEX ini, yang bisa dibilang sangat membahagiakan adalah tidak ada patokan khusus terkait nilai TOEFL. Jadi PD dengan semua hasil nilai TOEFL (Saya belajar otodidak untuk menaikkan TOEFL, nanti akan saya share di postingan selanjutnya J)
  10. Sertifikat bahasa Jepang, Jika ada. Kemarin saya tidak melampirkan yang satu ini karena emang belum belajar bahasa jepang hehe


Itu ya terkait syarat-syarat, yang bisa dicicil dari sekarang, bisa coba dicicil J

Januari 2017. Awal tahun dengan deg-degan terparah. Dengan kekuatan internet jaman sekarang, saya mendapatkan info bahwa rata-rata awal januari pengumumannya bahkan ada yang menyebutkan tanggal 5 di tahun sebelumnya. Jadi bayangkan nasib saya saat tanggal 5 januari, seperti kerupuk melempem karena tak kunjung ada telpon dari INPEX hehe. Sistem pengumuman INPEX akan ditelpon langsung jika lolos, jika tidak lolos ya tidak akan dihubungi. Jadi kebayang ya deg-degan luar biasa. Jadi saya sudah nangis di kamar, hahaha. Sampai pada suatu hari, saat saya pulang kerja, hape saya lowbat dan mati. Dan sorenya sesampai rumah saat saya nyalakan hape, jreng jreng ada email masuk bahwa saya ktrima INPEX. Sepertinya mereka sudah menelepon tapi hape saya mati. Intinya dari cerita ini adalah jangan berpaut pada tahun lalu hehe. Tetap semangat berdoa yang terbaik, Bismillah usaha sudah, tinggal nunggu Allah yang akan ijabah. Oh iya, berdasarkan info yang saya dapat, akan diambil 10 untuk diinterview dan 3 orang yang akan menerima beasiswa.

18 Januari 2017. Hari penentuan dimana saya melakukan wawancara. Oh iya, saya dari Surabaya, jadi pihak INPEX membelikan tiket PP JKT-SBY dalam sehari. Saya sengaja minta penerbangan pertama takut Jakarta macet, padahal interview masih jam 2 siang, jadi alamat saya nganggur lama di bandara dan duduk-duduk di kafe gedung INPEX. Dari bandara saya naik GRAB, bukan promosi, mungkin buat teman-teman yang bingung, saya bisa ditiru. Terjangkau dan selamat sampai tujuan hehe. Interview dilakukan oleh 3 orang, 2 orang dari Indonesia dan 1 orang dari Jepang. Dan full in English. Pertanyaannya seputar :
  1. Research Plan, hampir 60% dari waktu interview saya habis untuk menjelaskan tentang research plan. Dan untuk research plan ini, saat submit dokumen awal dulu, saya melampirkan lampiran khusus tentang research plan saya. Interviewer sangat tertarik sepertinya, jadi mereka bertanya sangat detail, dan saya mencoba menjelaskan dengan bahasa awam karena mereka bukan orang dg latar belakang farmasi atau medis. Inilah tantangannya, research plan ini harus sdh dipahami sebaik mungkin dan dijelaskan semudah mungkin agar orang lain bisa memahaminya. Dan banyak ditanyai tentang hal hal yang berkaitan dg penelitian kita.
  2. Kenapa memilih Jepang?
  3. Jelaskan tentang diri sendiri, hobi, dll
  4. Pengalaman organisasi saat kuliah
  5. Seberapa sering kontak dengan professor di Jepang?
  6. Kenapa memilih jurusan itu? Saya memilih natural product chemistry jadi ditanya tentang alasan kenapa saya mau belajar tentang itu.
  7. Kenapa dulu saya kuliah ambil jurusan farmasi?
  8. Pertanyaan banyak mucul dari CV atau form aplikasi.
Tips dan Trick saat wawancara :

  • Jadilah diri sendiri. Saya tidak yakin, harus seperti apa. Yang jelas, jadilah diri sendiri, jangan mencoba untuk membuat mereka terkesan. Buatlah mereka tau bahwa kamu yang apa adanya akan sangat mengesankan hihihi. Sampaikan semuanya dengan percaya diri, tunjukkan bahwa bahasa inggris yang patah-patah tidak akan menjadi kendala. Hehe.
  • Saya melist semua pertanyaan yang mungkin akan keluar, dan membuat sebuah jawaban, latihan di interview oleh teman, adik bahkan kaca di gedung INPEX. Dilihati sama para OB dan OG. Hehe, Saya latihan PD, mumpung ada toilet kosong deket kafe tempat saya nongkrong jd akhirnya saya ngobrol sama cermin kayak orang gila. But well, itu sangat membantu sekali. Bahkan saking takutnya mau interview bahasa inggris, biasanya kalau saya naik motor pergi/pulang kerja, saya sambil latihan interview di atas motor sambil nyetir hahahaha
  • Doa. Sebelum interview saya benar-benar minta doa ke ayah ibu, minta restu dan ridho biar mereka rela anaknya kembali merantau. Ayah sama ibu sampe sering berdoa berjam-jam tengah malam. Kakek sampe khatamin quran berkali-kali untuk saya. Mas mbak adek tante, teman-teman, dan semua orang ikut mendoakan. Saya percaya bahwa Semua doa itu telah mengantarkan saya sampai pada titik dimana lisan saya sangat mudah untuk menyampaikan segala sesuatunya.

Saya sudah pernah gagal. Sedih. Marah. Kecewa. Itu hal lumrah. Move On. Hidup harus terus berjalan. Karena itu selalu buat plan A, B, C, D. Saya sempat nangis takut kalau beasiswa ini juga ndak ketrima. Jadi saya berdoa, semoga kali ini Allah lapangkan hati saya, Allah besarkan hati saya agar saya tidak down kalau ga ketrima. Hehe..

30 Januari 2017. Sebenarnya saya sudah menunggu pengumuman ini sejak tanggal 28 Januari. Menurut apa yang saya baca, 2 tahun sebelumnya diumumkan tanggal 28 Januari yang jatuuh pada hari aktif. Berhubung 2017 ini, 28 Januari jatuh di Weekend, jadi saya mencoba santai sambil refresh email berkali-kali. Pagi itu, tanggal 30 Januari saya pamit Ayah Ibu berangkat kerja sekalian salim minta doa sepertinya hari ini pengumuman buk (kata saya). Pagi2 saat berangkat kerja, helm kebanting, di jalan nemu kecelakaan besar. Saya was-was kok hari ini dimulai dengan banyak cerita pilu. Sampai klinik, pikiran saya antara was was, takut, berusaha legowo, campur semuanya. Tiap hape bunyi rasanya deg-deg. Sampe ibu saya nge-WA nanya kok sampai jam 2 siang blm ada kabar. Saya menenangkan diri, mungkin besok. Akhirnya email itu datang, dari pihak INPEX bahwa saya diterima menjadi salah satu kandidat penerima beasiswa dan diminta segera konfirmasi mau atau tidak menerima beasiswa ini. ALHAMDULILLAH, sujud syukur di mushola klinik. Tangan dan lutut gemetar, nangis terharu, YaAllah rasanya benar-benar bahagia dapat kesempatan besar ini.

Saat ini saya sedang mempersiapkan dokumen untuk daftar universitas dan juga dapat kesempatan untuk les bahasa jepang di Indonesia. Doakan semua urusan saya lancar sampai nanti menyelesaikan studi master saya ya. Bismillah...
Ingat, jangan pernah menyerah jika gagal. Harus terus maju. Bye UGM (kampus tempat saya daftar LPDP), Halo Tsukuba Japan, I am coming soon :*
***

Semoga cerita ini bisa memberikan energi positif buat siapapun yang punya mimpi untuk sekolah di Luar Negeri. Jangan pernah putus asa. Lakukan sesuatu agar cita-cita dapat segera tercapai. amiin

Getting to know my profession...


Apoteker Muda